Jumat, 27 Juni 2008

Sekilas tentang Ayi Vivananda dalam ragam aktifitas.

Ayi Vivananda lahir di Kota Bandung, pada tanggal 19 Juni 1967. Bandung merupakan kota dimana setiap detik selalu menyaksikan perjalanan Ayi mulai dari melewati masa kecilnya, masa sekolah, kuliah, hingga menyaksikannya berkiprah dalam kancah politik saat ini.

Ayi kecil dibesarkan dalam keluarga yang sudah memperkenalkan prinsip-prinsip idealisme, demokrasi dan dasar-dasar nasionalisme sehingga membentuk watak dan karakter menjadi seorang yang demokratis dan nasionalis seperti hari ini.

Talenta sebagai seorang pemimpin sudah sangat terlihat jelas sejak kecil. Ketika masa sekolah dulu, Ayi selalu menjadi ketua di kelasnya, dan selalu menjadi pemimpin diantara teman-teman bermainnya. Bakatnya untuk menjadi pemimpin terus berlanjut sampai Ayi menjadi Mahasiswa. Hal ini terbukti ketika Ayi pernah memimpin beberapa organisasi baik di tingkat Kota Bandung, Jawa Barat bahkan sampai tingkat Nasional.

Ketika menjadi mahasiswa, watak kepemimpinannya semakin teruji, manakala dinamika Gerakan Mahasiswa tahun ’90an yang sangat dinamis ditambah dengan refresifnya rezim yang berkuasa saat itu menekan setiap gerakan yang dilakukan mahasiswa, membuat wataknya sebagai pemimpin menjadi semakin kuat.

Dunia gerakan Mahasiswa itu pulalah yang telah membentuk karakter Ayi Vivananda menjadi sosok pribadi yang demokratis, egaliter, memegang teguh prinsip-prinsip nasionalisme dan memperkuat rasa solidaritas serta kepedulian sosialnya. Hal itu pula yang kemudian menjadikannya selalu dekat dengan persoalan-persoalan yang dihadapi rakyat dan tak pernah bisa tinggal diam ketika melihat adanya ketidakadilan yang terjadi di depan matanya.

Banyak hal yang telah dilakukan Ayi semasa menjadi Mahasiswa, seperti pembelaan kasus pembredelan Majalah Tempo, Advokasi Kasus tanah Cibeureum, Advokasi kasus tanah di daerah Pamegatan - Cikajang Garut serta advokasi atas hak-hak para penyandang cacat netra yang merupakan sebagian langkah advokasi yang pernah dilakukannya. Bahkan sebagai wujud keberpihakannya bagi para penyandang cacat netra, digagasnya pula sebuah wadah yang dinamakan Pertuni (Persatuan Tuna Netra Indonesia) di Kota Bandung. Serta beragam gerakan lainnya yang semakin menunjukan bukti keberpihakan dan kepeduliannya terhadap persoalan-persoalan rakyat.

Ketika menjadi mahasiswa pula, keberpihakannya terhadap lingkungan menjadikannya sebagai seorang aktivis lingkungan hidup pula. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) merupakan rumah kesekian baginya dalam berekspresi dalam memperjuangkan idealismenya. Ini menunjukan betapa besar perhatian Ayi Vivananda terhadap pelestarian lingkungan hidup.

Diawal menjadi pengacara, bersama teman-temannya semasa menjadi aktivis mahasiswa, menggagas dan mendirikan Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN) dan pada saat itu pula Ayi langsung dipercaya sebagai Direkturnya. Ketika menjadi Direktur LBHN banyak persoalan-persolan rakyat yang dia bantu dan selesaikan seperti membela kasus Choky yang dituduh melakukan penghinaan terhadap Presiden, kasus tanah Cibeureum, kasus kerusuhan Tasikmalaya dan lain-lain.

Semasa menjadi pengacara pula, Ayi berhasil membebaskan seorang TKW bernama Pipin Rundayani, asal Kiaracondong Bandung, yang diancam dengan tuntutan hukuman pancung di negara tempatnya bekerja sebagai buruh migran.

Diawal kariernya sebagai politisi di lembaga legislatif, dengan lantang Ayi menolak pembagian Pakaian/seragam Jas untuk pelantikan dirinya sebagai Anggota DPRD Popinsi Jawa Barat.

Sebagai Politisi sekaligus wakil rakyat dari Fraksi PDIP DPRD Propinsi Jawa Barat, diantaranya Ayi Vivananda berhasil menggagas Peraturan Daerah mengenai Perlindungan terhadap Penyandang Cacat, Peraturan Daerah mengenai Perlindungan Korban Trafficking, Peraturan Daerah mengenai Perlindungan Pasar Tradisional.

Sebagai bentuk apresiasi besarnya terhadap kelestarian kesenian tradisional, Ayi Vivananda menjadi pengasuh salah satu perkumpulan Seni Benjang di Kampung Pasirpari, Cimekar. Beberapa kesenian tradisional yang pernah dipelajarinya semasa kecil, semakin membuatnya sadar bahwa secara filosopis, berkesenian merupakan cara untuk menyeimbangkan jiwa dan emosi dalam menjalani rutinitas kehidupannya sekarang.

Dalam usahanya membangun perekonomian masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan hidup petani, pembentukan kelompok-kelompok tani menjadi salah satu perhatian besarnya. Dimana dalam pendirian kelompok-kelompok tani tersebut, ditanamkan pula paradigma-pardigma pemikiran baru kepada para petani tradisional, dalam hal teknik pertanian yang dapat mensejahterakan kehidupan para petani. Seperti halnya ketika mendirikan kelompok tani AGRIPARI di Cileunyi.

Kesempatan yang didapatnya untuk maju dalam Pilwalkot Kota Bandung, tidak dimaknainya hanya sekedar sebuah kompetisi politik belaka. Namun membalas jasa pada Kota Bandung serta masyarakatnya yang senantiasa turut mendampingi langkahnya hingga Ayi Vivananda seperti sekarang, adalah merupakan cita-cita dan kewajiban baginya.

Tidak ada komentar: